Fitrahnya manusia terlahir ke dunia ini dalam keadaan suci. Tidak dapat memilih akan lahir dimana, kapan, atau bahkan dari rahim siapa. Takdir mulai dari lahir hingga ajal pun telah ditetapkan oleh Allah SWT. Namun manusia tidak diberitahukan mengenai kisi-kisi perjalanan kehidupan yang akan ia alami kelak. Ia hanya ditanamkan mengenai ketauhidan kepada Allah SWT, yang namun bahkan kesadaran akan ketauhidan pun tetap akan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia bertumbuh dan berkembang selama hidupnya.
Sejatinya tidak ada manusia yang bercita-cita buruk terhadap masa depannya. Sesaat setelah sadar bahwa ia memiliki masa depan untuk ditempuh, setiap manusia pasti memiliki harapan besar yang indah untuk digantungkan di langit. Dan ia akan berharap suatu saat ia akan dapat mencapai atau meraih harapan-harapan itu satu per satu.
Jika saja kehidupan terhenti saat setiap manusia baru saja melangitkan harapan-harapannya, mungkin kita akan masih berangan-angan tentang dunia yang mungkin akan indah, tenang dan damai. Namun rupanya kehidupan serta segala uji dan cobanya terus berjalan. Terus menerus memberikan jalan bercabang untuk kita pilih. Ada yang mudah, ada yang curam, ada yang singkat, ada juga jalan yang sulit panjang nan berliku. Dan sesungguhnya saat kita memilih itulah tanpa sadar Allah sedang memberikan kita kebebasan untuk memilih jalan hidup yang akan kita tempuh. Yang kerap kali manusia lupa adalah, hanya terfokus untuk membuat pilihan yang terlihat mudah serta menguntungkan, sambil mengesampingkan hati nuraninya. Padahal, Allah sudah memberi petunjuk, bahwa tiada satu pun di dunia ini yang luput dari pengawasanNya. Bahkan hal terlembut sekalipun yang tersembunyi di dalam hati serta pikiran setiap manusia saat membuat jalan mana yang akan ia pilih. Manusia pun selalu lupa bahwa Ia akan bertanggung jawab atas setiap perbuatannya, baik di dunia mau pun di akhirat. Hingga kerap kita temukan sosok-sosok tak berdaya penuh penyesalan, yang anehnya mengapa harus terkejut saat Allah mengharuskannya untuk bertanggung jawab? Seangkuh itukah akhirnya jiwa-jiwa yang dulu terlahir suci itu? Selupa ingatan itukah? Semerasa hebat itukah? Sampai-sampai ia terkejut saat disadarkan bahwa di dunia ini ia hanyalah sekecil buih di lautan. Terombang-ambing dan tiada daya atau pun upaya yang dapat menyelamatkannya, kecuali atas kekuasaan Allah semata. Ia lupa bahwa kemuliaan yang ia terima semata hanya karena rahmat Allah yang menutupi aib, kelemahan, dan dosa-dosanya. Lalu ia malah melenggang tenang melakukan, mengucapkan, serta meniatkan hal-hal yang dibenci oleh Tuhannya. Seolah-seolah hanya Ia manusia teristimewa yang layak berlaku semena-mena. Sungguh menyedihkan jalan hidup yang mereka pilih. Dan sungguh kasihan karena kita tahu akan akhirnya, karena Allah sudah memperingatkan.. dan Allah tidak pernah melanggar janjiNya.
Tetaplah berada di jalan yang benar wahai kawan. Meskipun sulit dan terkadang menyakitkan. Bertahanlah dalam kesabaran. Karena sesungguhNya Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar.
wallahu a’lam bishawab 🙏


Leave a comment